(Pingin bisa) rutin menulis

Blog merupakan salah satu sarana buat belajar menulis, tentang apapun. Tidak harus yang selalu bermanfaat sebenarnya. Karena belum tentu juga tulisan yang kita posting di blog dibaca orang lain. Poinnya di sini sebenarnya. Menulis blog bisa dilakukan sesukanya baik konten, panjang tulisan, atau bahasa yang digunakan.

Namun…

Suatu ketika blog saya ini agak lumayan ramai pengunjung, pernah mencapai minimal 80-100 klik per hari. Menurutku itu sudah lumayan ramai untuk ukuran blog yang isinya minim manfaat ini. Karena pengunjung yang agak ramai itu saya kemudian berkeinginan untuk menulis hal-hal yang lebih bermanfaat di blog ini. Tentang pekerjaan atau hal lainnya yang lebih bermanfaat. Namun, karena menulis yang bermanfaat itu sepertinya butuh waktu yang lebih lama, lebih mikir, dan –mungkin dasarnya juga tidak berbakat menulis hal-hal yang bermanfaat– akhirnya justru malah membuat blog ini stuck. Ga nambah-nambah jumlah postingannya.

Nah…

Sekarang kunjungan di blog ini semakin sepi. Jauh menurun dari rata-rata tahun sebelumnya. Momentum yang pas buat kembali rutin menulis, tidak harus bermanfaat.. yang penting menulis saja. Kembali ke prinsip awal: Yang penting ada postingan.. Wong tulisannya belum tentu juga ada yang baca kan? Santai saja lah…

 

 

 

 

Ya sudah lah..

Sudah lama sekali ngupdate blog ini.. Ada beberapa ide sebenarnya yang bisa ditulis, tapi karena sudah saking lamanya ga nulis jadi sepertinya sulit sekali untuk memulai lagi.. Ide yang ringan-ringan saja sebenarnya, bukan tulisan ilmiah yang harus mikir bener-bener disertai data dan analisis. Tapi ya itu, terasa susah, ga tau harus mulai dari mana..

Hari ini, Rabu, 17 April 2019 adalah waktunya pemilu legislatif dan presiden. Pastinya semua sudah tahu sih.. Tapi aku baru ngeh kalo tanggal 17 April 2019 itu pemilu ketika membeli tiket kereta api tanggal 18 April 2019. Karena pas lihat kalender liburnya tiga hari aku langsung beli di tanggal itu dan sedikit heran ketika ternyata tiket di tanggal 18 April 2019 masih lumayan banyak. Heran saja karena biasanya kalo ada libur panjang tiket kereta langsung habis jauh-jauh hari sebelumnya. Setelah beberapa saat dan ngecek-ngecek kalender lagi ternyata tanggal 17 April ada pemilu. Jadi pantas saja tiket tanggal 18 April masih banyak karena orang-orang lebih memilih pulang tanggal 16 April ditambah cuti sehari sehingga bisa dapat liburan yang lebih panjang.

Kejadian itu (membeli tiket kereta api tanpa melihat event-event di sekitar tanggal tiket yang dibeli) menurut analisisku sendiri (baca: ngeles) terjadi karena aku sudah lama tiket menggunakan kereta api sebagai sarana pulang balik dari Jakarta ke Pemalang. Jenis transportasi yang sering digunakan menurutku berpengaruh terhadap ketajaman visi seseorang dalam melihat sesuatu di masa depan (#apa sih :D). Bagi yang terbiasa naik kereta api, karena tempat duduknya terbatas dan rebutan tiket kereta yang lebih murah, menurutku sih lebih visioner. Mereka lebih aware terhadap hari-hari libur bahkan mungkin ketika kalender untuk tahun depan baru muncul. Mereka langsung menandai waktu-waktu yang ada libur panjang dan ketika tiket kereta untuk liburan panjang dibuka, mereka langsung membeli tiket ketika penjualan tiket untuk tanggal tersebut dibuka (saat ini 3 bln sebelum/H-90).

Aku dulunya juga rutin menggunakan kereta api untuk Jakarta – Pemalang PP. Namun, selepas lulus kuliah di Bandung dan kembali ke Jakarta dan melihat kondisi jalan tol yang sudah nyambung dari Jakarta – Brebes, lebih terbiasa menggunakan bus. Sebenarnya masih lebih suka menggunakan kereta api tapi harga tiket kereta api yang lumayan lebih mahal ketimbang tiket bus, di samping jarak tempuh bus yang sekarang tidak terlalu lama seperti pada saat sebelum ada tol Jakarta-Brebes. Nah, bus yang ketempatku itu tiketnya tidak usah dipesan dulu, tapi kita bisa langsung datang ke terminal dan membeli tiket bus secara langsung (go show). Karena tiket bus bisa didapatkan secara mendadak tersebut, aku jarang sekali memperhatikan adanya libur panjang (kecuali untuk libur lebaran). Memang biasanya di terminal lebih rame dan antrian pembelian tiket yang panjang jika ada liburan panjang tapi hal itu bisa disiasati dengan menggunakan armada bus yang pada hari biasa lebih sepi dan berangkat lebih malam tetapi pada saat liburan panjang bus lebih cepat penuh dan berangkat lebih awal. Kondisi seperti ini membuatku merasa aman-aman saja ketika ada liburan panjang dan mungkin secara tidak sadar mengikis ketajaman visi dalam melihat masa depan (paling tidak 3 bulan ke depan).

Mungkin itu sedikit pembenaran kenapa aku bisa salah membeli tiket kereta api tanggal 19 April 2019 tanpa tahu jika tanggal 17-nya ada kegiatan pemilu 2019. Sebenarnya bisa di-cancel sih tiketnya, tapi ya sudah lah.. Memang sedari awal juga tidak terlalu antusias terhadap pemilu kali ini, terutama untuk pilihan legislatif. Tidak ada partai yang menarik dan tampil beda seperti P*S pada awal kemunculannya. Asumsiku masih bisa memilih untuk pilihan presiden/wakil presiden, tapi baca-baca berita tidak bisa begitu saja bisa ikut pilpres dengan e-ktp saja, jadi ya sudah… Lagi pula calon yang aku pilih biasanya kalah sih. Bukan hanya pilpres, pilgub, pilbup, bahkan pilkades calon yang aku pilih juga kalah. Jadi, ya sudah lah.. Dengan fakta-fakta tersebut, paling tidak aku tidak merasa bersalah jika calon yang (seharusnya) kupilih kalah, hehe.. #pemikiransesat

Error 5029 pada Forticlient

Pernah mengalami error seperti di bawah ini pada saat mencoba koneksi VPN dengan Forticlient?

Error 5029-forticlient

Status koneksi berhenti pada angka 40%  dan muncul warning dengan error kode 5029. Solusi untuk masalah ini adalah dengan mengubah setting internet options pada bagian:

Internet options > Advanced > Security

Ubah settingan sesuai dengan gambar berikut:

setting ie utk fortinet

Simpan pengaturan tersebut dan coba lagi untuk koneksi vpn dengan Forticlient. Seharusnya sih sudah berhasil.

Sumber: http://kb.fortinet.com/kb/documentLink.do?externalID=FD38852

 

Memorable Place Surabaya

Postingan kali ini masih terkait dengan masa lalu. Pastinya bukan karena gagal move on juga, tapi lebih karena dapat ide nulisnya masih terkait itu. Saya tinggal di Surabaya dari Agustus 2009 s.d. Akhir Juli/Agustus 2012. Itu berarti sudah hampir 6 tahun meninggalkan Surabaya dan sampai saat ini saya belum menginjakkan kaki lagi di kota tersebut.

Tiga tahun tentunya bukan waktu yang sebentar. Banyak tempat yang ditinggali/kunjungi selama tinggal di Surabaya. Berikut ini adalah tempat-tempat tersebut.

1. Kosan TMB
Kosan TMB No.99, jika tidak salah ingat nomor rumahnya, merupakan kosan saya waktu tahun pertama di ITS, Surabaya. Lokasinya dekat dengan gedung SI, sekitar 5-10 menit jalan kaki sudah nyampai kampus. TMB, kalo tidak salah adalah singkatan dari Tegal Mulyosari Baru. TMB bisa dikatakan Mesopotamia-nya Surabaya (ini istilah yang saya sambung-sambungkan sendiri), karena letaknya tepat diantara dua sungai. Jika Mesopotamia terletak di antara Sungai Tigris dan Sungai Eufrat, sedangkan TMB terletak di antara Sungai Belakang Kosan dan Sungai Depan kosan (sebut saja namanya begitu-red). Sungai Belakang kosan lebarnya lebih sempit tapi arusnya airnya lebih lancar. Sungai Depan kosan sungainya lebih luas tetapi lebih mirip comberan, airnya keruh dan arusnya lambat. Kejadian yang paling diingat selama kos di sini adalah pernah suatu ketika di musim hujan, banjir/genangan air masuk dari ke kosan, bahkan sampai masuk ke kamar kos saya yang terletak di lantai 1. Agak menyedihkan memang dan kejadian ini menjadi alasan utama kami (saya dan Mas M dan Mas P) untuk pindah dari kosan ini setahun kemudian.

2. Primo House
Mengenai Primo House sudah pernah ditulis pada postingan ini.

3. Kosan Keputih
Merupakan kosan saya pada tahun ketiga di ITS. Saya tinggal di sini bersama Y, Mas A, dan Mas H, serta mahasiswa reguler ITS lainnya. Kosannya cukup asyik. Karena terletak di Keputih, jadi lebih dekat dengan berbagai sumber makanan, tempat futsal, dan tempat main bulutangkis.

4. Sakinah
Sakinah merupakan pusat belanja paling favorit bagi mahasiswa ITS, pada waktu itu dan mungkin juga sampai sekarang. Letaknya strategis, di depan pintu gerbang ITS Keputih. Harganya juga relatif lebih murah dibandingkan toko/supermarket lain seperti *ind*mart, *lf*mart, dan G*ant. Barang-barang yang dijual juga cukup lengkap (walaupun saya paling belinya roti2an, susu, dan B**vita sih). Review lebih lengkap tentang sakinah dapat dilihat di sini.

Selain tempat-tempat tersebut di atas, tempat lain yang cukup memorable adalah Pandan Wangi, Warung Pojok (Wapo), Primarasa, dan Warung es campur dekat Masjid Agung Al Akbar Surabaya. Ya.. Semua tempat tersebut adalah warung makan/restoran, karena kami (Saya dan 12 teman lainnya-red) waktu kuliah di ITS termasuk sering sekali makan-makan a.k.a wisata kuliner, hehe..

Memorable Place Jatingangor – Bandung

Sudah lama sekali tidak mengupdate blog ini. Kali ini iseng-iseng coba menulis lagi, tentang beberapa tempat yang paling diingat/sering dikunjungi selama kurang lebih 1,5 tahun tinggal di Bandung dan sekitarnya. “Gagal move on?” Ga juga sih… Cuma buat pengingat dan isi-isi blog saja yang sudah lama kosong.

Baiklah, berikut ini tempat-tempat yang menurut saya cukup memorable selama tinggal di Bandung dan sekitarnya.

1. Kosan Sukawening
Saya tinggal di kosan ini bersama tiga teman kulian yang lain, yaitu Mas A, Mas D, dan Mas T. Kami mendapatkan informasi tentang kosan di sini dari kakak kelas. Lokasinya lumayan strategis karena dekat dengan jalan raya sehingga mudah ketika pulang/balik dari kampung. Pada awalnya kami sempat ada niat pindah dari kosan ini karena pada saat awal nego kosan tidak tahu bahwa ada seekor anjing (kami memanggilnya doggy) yang ikut tinggal di kosan tersebut. Namun, karena dijanjikan bahwa si doggy mau dikeluarkan dari kosan, maka kami tidak jadi pindah dari kosan tersebut. Janji yang tidak sesuai dengan kenyataan karena doggy masih tetap tinggal di kosan sampai kami keluar dari kosan tersebut setahun kemudian, bahkan mungkin masih ada sampai sekarang. Karena saking kesalnya dengan doggy saya sempat berharap ketika si doggy sedang riang gembira bermain di jalanan tiba-tiba nyelonong dan tertabrak kendaraan yang lewat. Namun, harapan itu tidak menjadi kenyataan, setidaknya sampai kami keluar dari kosan tersebut.

2. CSC
Cyber Security Research & Development Center (CSC) merupakan gedung yang dibangun dari hasil bantuan dari Pemerintah Korsel. Gedung ini menjadi tempat kami sehari-hari kuliah pada semester 1 dan semester 2. Suasana di gedung ini cukup sunyi karena hanya dipakai oleh jurusan S2 CIO, LTI, dan RMKI saja. Ada penghuni lain sih, yaitu koreawan dan koreawati yang menjalani semacam pelatihan sebelum mencari pekerjaan di Indonesia. Mungkin program ini menjadi imbal jasa bagi Pemerintah Korsel karena telah memberikan bantuan dalam pembangunan gedung ini.

3. Kosan F12
Kosan yang yang saya tinggali saat pindah ke Bandung. Lokasinya di daerah Pasteur, tepatnya di belakang Griya Pasteur. Kosan ini didominasi oleh karyawan PT DI yang memang lokasi pabriknya tidak jauh dari kosan tersebut. Kosan ini termasuk murah untuk ukuran kosan di Bandung. Kamarnya sempit, tetapi ada kamar mandi di dalam sehingga bisa lebih leluasa dalam berak-tivitas :D.

4. Ruang Residensi
Merupakan tempat yang menurut saya paling keramat :D.  Ruangan ini menjadi saksi bagi saya dan beberapa teman lainnya yang satu bimbingan dalam menyelesaikan tesis, satu hal yang membuat kuliah yang sebenarnya enak menjadi tidak enak. Ruangan residensi ini terletak di sebelah ruangan dosen pembimbing kami. Ruangannya tidak terlalu luas, mungkin 3 x 7 m, tetapi cukup tertutup dari luar sehingga cukup enak buat merenung, meratapi nasib, berkeluh kesah dan lain-lain. Tempat favorit saya di ruangan ini adalah di bagian pojokan dekat jendela, karena 1) dekat dengan penghangat air sehingga lebih mudah jika ingin membuat minum/masak mie instan, 2) bisa melihat pemandangan hijau di luar sehingga bisa sedikit menghilangkan rasa suntuk/bosan, 3) posisi meja lebih rendah sehingga lebih nyaman dan tidak cepat lelah jika berlama-lama duduk di situ, 4) Bisa dengan mudah lompat ke luar jendela ketika tiba-tiba merasa stres karena tesis yang tidak kunjung ada kejelasan.